#2 Empat Mahasiswa Kurang Duit ber-Bacpacker Palembang-Jakarta-Bandung-Klaten


Hari Kedua

Pukul 00.00 tepat kita berlayar menuju pelabuhan Merak. Karena di dalam ruang tunggu ekonomi panas banget, kita milih duduk di luar ruangan yang udah disiapin tikar namun dengan membayar biasa sewa per tikar Rp 5.000,-. Huahhhh! Lega rasanya setelah melepaskan tas, sepatu dan duduk selonjor di kapal ini. Sebenrnya sih nggak cuma itu doang, pengen segera tidur di suatu tempat yang nyaman, mandi biar badan nggak lengket dan yang pasti segera sampai Jakarta!
Ketika kapal mulai jalan, krasa banget tuh badan naik turun sendiri kayak lagi disko di acara dangdut kampung. Agak pusing sih sebenarnya. Makanya saya nggak tiduran, soalnya kalo tidur malah tambah pusing. Bisa2 muntah di kapal kan malah repot. Nah pas disini nih nasib sial dirasakan si Mel. Udah capek perjalanan dikereta, tambah dia mabuk laut. Tepar bang teparrr. Jadi sepanjang perjalanan ini dia hanya bisa tidur diatas tikar karena udah nggak kuat berdiri sama ngpa2in lagi. Pucat banget mukanya, kayak ikan teri habis keluar dari aer. Hehehe Okelah, karena kita bertiga baik hati, satu tikar yang kita pesan tadi biarlah dipake sama si meilana buat tidur, kasian dia. Karena udah nggak ada tempat, saya dan hasan memutuskan untuk berjalan jalan muter-muter kapal dan beberapa kali mengambil gambar untuk kenang-kenangan.

Si Mel Tepar (Tewas Terkapar)
Dua jam muterin kapal, mata mulai ngantuk parahh. Benar-benar rasanya ingin memjamkan mata untuk tidur sejenak. Balek deh ke tempat dimana si mel tidur tadi. Wah kebetulan di samping tiker masih ada ruang yang biasanya buat mondar mandir penumpang alias jalan umum. ‘Tauk deh, yang penting bisa merem’,kata saya. Tanpa babibu langsung saya tidur disana.

---
Pukul 03.00 saya dibangunkan petugas karena kapal akan segera sandar. Dengan mata yang masih ngantuk saya bergegas bangun, berdiri dan memperisapkan barang-barang. Ada satu yang kurang! Si Hasan hilang! Saya mencoba menelfon namun HP ditinggal di tas. Segera saya berdiri, berjalan dan mencari satu orang tersebut. Di dek kapal tidak ada, di ruang eksekutif tidak ada, di musholla tidak ada, di kamar mandi tidak ada, di ruang parkir kendaraan tidak ada, di ruang mesin pun juga tidak ada! 5 menit berlalu.. ternyata dia lagi duduk di pojokan kantin kapal -_-
Kapan dengan Tikarnya
Tepat pukul 03.30 WIB kapal udah sandar di pelabuhan Merak. Namun kami tak bergegas turun dari kapal karena suasana di tangga masih sangat riweh. Setelah menunggu beberapa saat dan setelah suasana di tangga mulai sepi. Kami turun dari kapal. Segera kami mencari satpam untuk menanyakan keberadaan staisiun Merak. Beliau mengatakan bahwa stasiun tidak jauh dari pelabuhan dan bahkan masih di wilayah pelabuhan. Tetapi pak satpam menyarankan sebaiknya menunggu di pelabuhan saja dan pukul 05.00 WIB baru ke stasiun karena stasiun kurang begitu aman. Oke, kami putuskan untuk stay di Ruang Tunggu pelabuhan.

Teng tong, jam 5 tepat kami mulau jalan ke Stasiun Merak, tak jauh memang dari pelabuhan, paling juga sekitar 314,3 meter dari tempat kami tadi tidur. Jadi ya sekitar 3,2 menit kami jalan udah nyampe di stasiun. Tapi walau begitu kami sempat bingung juga untuk nyampe di stasiun. Karena tempatnya yang kurang lazim dibilang stasiun kalau aku kata. Dari luar tidak tampak stasiun, ya seperti gedung2 biasa. Sempat dua kali kami bertanya kepada warga sekitar dimana keberadaan stasiun itu.
Sampe di stasiun kami langsung membeli tiket K.Banten Ekspress. Cukup Rp 5000 saja dari Stasiun Merak ke Jakarta Kota. Karena masih jam setengah 6, padahal kereta berangkat jam 6. Kami menyempatkan diri untuk membeli sarapan di dekat loket pembelian tiket kereta itu tadi. Ya semacam warteg gt lah, tp cuma pake meja. Cukup murah, kalo tidak salah Rp 6000 saya sudah dapat 2 porsi sarapan. Ya maklum lah, orang benar2 kelaparan. Hehe

Jam 6 tepat kereta berangkat dari Stasiun Merak. Stasiun demi stasiun kami lewati. Sepuluh, duapuluh penumpang pun mulai masuk ke gerbong kereta. Tak sadar lama2 satu gerbong ini berisi seratus lebih! Kursi standar buat 2 orang dipake 3 orang, yang biasa dipake 3 orang dipake 6 orang. Masih ditambah penumpang yang berdiri di sepanjang jalan di gerbong. Bener-bener brasa kayak oven berjalan. Panas! Kalo mau diukur pake termometer, kandungan CO2nya udah benar2 malampaui batas normal #SalahAlatHitung. 3 jam 45 menit kami habiskan di kereta. Anywah, ada 3 rekor yang di sambet oleh gerbong ini. Pertama, 3 jam 45 menit terlama kedua yang pernah saya alami setelah travel semalam gerbong terpanas pertama yang pernah saya tumpangi. Kedua, menjadi gerbong terpanas yang pernah saya tumpangi. Ketiga, gerbong dengan jumlah penumpang terbanyak yang pernah saya tumpangi. Yahh, sepertinya perjalanan ini penuh dengan rekor-rekor baru.
Tujuan kami adalah Rumah Omnya si Alfandi. Untuk kesana, kami harus turun di stasiun pondok ranji kemudian naek angkot, kemudian jlan kaki -.-. Stasiun Pondok Ranji, dimana itu? kami pun juga tidak tahu. Setelah tanya sana sini, ternyata stasiun pondok ranji itu setelah stasiun **** (saya juga lupa, hehe). Ya pokoknya itulah. Singkat certia kami sudah siap sedia di pintu untuk turun di stasiun pondok ranji. Namun anehnya, ketika mendekati stasiun, bukannya ngerem malah menambah gas, lah lah lah, ini gimana pak –a. Ternyata oh ternyata kereta ini nggak berhenti di pondok ranji. Terpaksa kami harus turun di stasiun setelahnya, yaitu di Stasiun Kebayoran. Yeay! Akhirnya kami telah sampai di Jakarta! Untuk pertama kalinya saya datang ke jakarta dalam keadaan lusuh, lengket, bau dll. Bagaimana tidak? 24 jam sudah kami belom mandi! Oke, kita lupakan mandi. Lanjut ke perjalanan dulu. Begitu sampe di stasiun kebayoran, si fandi langsung ke loket untuk membeli tiket kereta KRL tujuan Pondok Ranji seharga Rp6000,-. Setengah jam kami menunggu kereta KRL ini. Udah kayak gelandangan yang dilihat calon penumpang lain di stasiun ini. Ah, masa bodoh, mereka juga nggak kenal sama kita, hehe. Pukul 10.15 KRL yang akan kami tumpangi datang juga. Hahhh!! Step By Step menuju tempat peristirahatan, eh maksudnya rumah diamana nanti kita akan istirahat. Sampai di stasiun pondok ranji, kita masih harus jalan kaki keluar stasiun untuk nyari angkot menuju Masjid Al-Abror. Loh kok masjid?? Santai bro santai, bukan di masjidnya, tapi rumahny itu di dekatnya masjid. Begitu keluar, dapet juga angkot untuk menuju kesana. Rp 5000 kita habsikan untuk membayar angkot. Sampai di Masjid, lagi2 kita masih harus jalan kaki masuk dari gang ke gang. Namun kita menyempatkan diri untuk membeli Jus dulu, melepas dahaga. Kemudian lanjut jalan lagi. Kata Fandi sih sekitar 1Km, tapi kalo menurutku paling hanya sekitar 800m kok. Fiuhh, udah panas2 jalan kaki akhirnya kita sampe juga dirumahnya Omnya si Alfandi. Time to Take a Rest!!

Hari kedua masih belum selesai, lanjut di part selanjutnya :D

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rute Perjalanan Menuju Kota Pare, Kediri Via Stasiun Jombang

Peta Kampung Inggris, Pare Kediri Jawa Timur

Perjalanan menuju Kota Pare, Kediri - Part 1